Narkoba Bikin Impoten


Ada yang beranggapan, narkoba menambah kejantanan. Saat pakai sabu-sabu, orang merasa bersemangat, banyak bergerak, lalu melampiaskan itu lewat hubungan seks. Namun ingat, kenikmatan itu hanyalah sesaat.
Berikut ini penjelasannya :
Sabu-sabu memang merangsang sistem syaraf pusat. Salah satu bagian dari sistem syaraf itu adalah yang mengatur orgasme. Fakta ini yang dijadikan alasan pengguna sabu untuk urusan seksual. Ekstasi mempengaruhi tubuh melalui syaraf simpatis. Tiap kali menggunakan ekstasi, orang menjadi aktif, gembira, bersemangat, dan ingin bergerak. Ini juga membuat orang merasa sangat kuat seks dalam waktu lama.
Narkoba jenis ini bisa meningkatkan pelepasan dopamine dalam otak. Dopamine adalah neurotransmiter bersifat merangsang. Jika yang dirangsang perilaku seksual, penggunanya akan merasa makin jantan. Namun, harus diingat, pengaruh demikian itu ada batasnya. Paling-paling Cuma beberapa jam. Jika diukur dari dampak jangka panjang, narkoba lebih menghancurkan urusan seksual daripada memperbaikinya. Mitos bahwa beberapa jenis narkoba meningkatkan gairah seksual itu keliru. Yang benar, narkoba membikin impoten.

Ekstasi berefek pada syaraf simpatis. Agar bisa melakukan hubungan seksual, pengguna ekstasi biasanya menenggak obat antidisfungsi ereksi. Jika tidak, mereka tak kuat atau di tengah permainan. Jika penggunaan ini berlangsung terus, lama kelamaan itu bisa berlanjut ke impotensi.
Sabu-sabu bekerja pada syaraf parasimpatis. Ini membuat penggunanya merasa tenang, kalem, dan pasif. Akibatnya, mereka jadi merasa tidak memerlukan hubungan seksual. Saat materi sabu sudah merangsang syaraf pusat orgasme, orang tanpa melakukan hubungan seksual pun sudah merasakan nikmat dan orgasme. Ini membuat orang lambat laun jadi impoten.
Heroin menimbulkan dampak euforia. Namun, dampak negatif heroin juba buruk bagi fungsi seksual. Heroin bisa menghambat fungsi hormon seks, menurunkan kadar testosteron, dorongan seksual, menghambat ejakulasi, dan lama kelamaan jadi disfungsi ereksi.
Dalam jangka menengah, narkoba tertentu bisa memancing masuknya berbagai penyakit seksual. Ekstasi, saat merangsang meningkatnya pelepasan dopamine dalam otak, merangsang perilaku seksual berlebihan. Ini bisa membuat penggunanya kehilangan kontrol atas perilaku seksual mereka. Tanpa kontrol, mereka akan melakukan hubungan seksual tanpa memikirkan risiko. Ini membuat mereka beresiko tinggi terjangkit penyakit menular seksual, seperti HIV/AIDS atau hepatitis C.

Categories: Share